Foto Almarhumah Hasdawati. Sumber: Google.
Kepada
Yth.
Bupati
Wajo
di
Sengkang,
Kabupaten Wajo
Assalamu Alaikum Wr. Wb…
Tabe’ pung, bagaimana kabarta’?
Saya harap Anda selalu sehat dan tetap mampu mengemban amanah yang begitu berat
di pangkuanta’. Aamiin…
Sebelumnya
saya mau mengucapkan selamat atas terpilihta’
menjadi Bupati Wajo periode 2019-2024. Setelah perjuangan panjang, dedikasi
luar biasa untuk tanah Wajo, dan juga berbagai kekecewaan yang datang silih
berganti, akhirnya Anda sampai pada apa yang telah Anda cita-citakan.
Oh
iya, tidak terasa sudah puluhan tahun sejak pertemuan terakhir kita Pung. Meskipun Anda sepertinya melupakan
saya, tapi demi Allah saya masih mengingat segalanya. Termasuk saat Anda
memaparkan visi-misi pada sidang paripurna yang berlangsung di lantai 2 Gedung
DPRD Kabupaten Wajo, Senin (18/2/2019).
Dari
jauh saya turut bahagia melihat betapa Anda sangat yakin dengan kemampuan
Pammase menciptakan pemerintahan yang amanah menuju Wajo maju dan sejahterah.
Bersama dengan wakil Anda Amran, S.E., Anda menggaungkan janji politik demi
melenggang menuju Pilkada.
Betapa indahnya 25 program kerja nyata untuk lima tahun kedepan yang Anda iming-imingkan, Pung. Saking percayanya saya kepada semua janji itu, saya bahkan menghafalnya di luar kepala.
- Paten (pelayanan administrasi terpadu kecamatan) dan layanan publik satu pintu yang transparan dan efisien;
- Percepatan reformasi birokrasi dan E-Government (penggunaan teknologi informasi);
- Zona integritas menuju kawasan bebas korupsi;
- Memperkuat kelembagaan desa;
- Meningkatkan tunjangan kepala desa dan perangkat desa;
- Oto Dottoro (mobil, dokter dan peralatan lengkap satu paket yang ada di mobil Oto Dottoro);
- Merevitasi sarana kesehatan dan pendidikan;
- Menyediakan 6 (enam) dokter ahli di rumah sakit;
- Melanjutkan pendidikan dan kesehatan gratis;
- 5000 (lima ribu) beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan kurang mampu;
- Meningkatkan insentif tunjangan pegawai syara;
- Gemantik (Gerakan Masjid Cantik);
- Rumah pintar setiap kecamatan;
- 1000 (seribu) kilometer jalan kondisi mantap;
- Sport area tersedia di setiap kecamatan;
- 10.000 (sepuluh ribu) wirausahawan baru;
- Satu kecamatan satu produk unggulan;
- Penataan pasar;
- Air layak minum;
- Pertanian terpadu;
- Jaminan harga (resi gudang);
- Peningkatan pendapatan per kapita 60 juta;
- Rumah sehat untuk warga kurang mampu;
- Kedaulatan pangan, jaringan irigasi yang baik, ketersedian pupuk dan lahan pertanian yang berkelanjutan;
- Bantuan modal usaha, teknologi dan pemasaran bagi koperasi, UMKM, Petani, peternak dan nelayan.
1
Bagaimana
Pung? Apakah perlu kita bedah
satu-persatu seluruh janji politik itu? Ataukah saya lagi-lagi diam dan
pura-pura tidak tahu seperti yang lalu-lalu?
Saya
percaya pada kepemimpinan Anda, mulai dari lapisan bawah hingga instansi yang
menjaga muruah, semuanya Anda tata. Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan,
optimalisasi pendidikan, serta pengembangan ekonomi kreatif menuju
kesejahteraan masyarakat menjadi fokus yang Anda gagas. Bahkan, nilai agama pun
tetap terjaga melalui program Gemantik. Aduhai kagumnya saya melihat
masjid-masjid cantik yang bertebaran di tanah Wajo berkat Anda, Pung.
Tak
hanya itu, melalui beberapa penghargaan yang diraih secara berturut-turut sejak
kepemimpinan Anda, saya semakin merasa bangga dengan kinerja Anda. Sebagai
orang nomor satu di Bumi Lamaddukelleng, Anda sungguh membuktikan kepatuhan
terhadap pelbagai peraturan yang berlaku. Sebut saja penghargaan kota/kabupaten
sehat empat tahun berturut-turut, penghargaan Ajang TOP Digital Awards, penghargaan penerapan sistem
Merit, penghargaan Ajang SAKIB RB Awards,
dan masih banyak lagi yang tidak saya tuliskan.
Akan
tetapi, tanpa mengurangi rasa bangga saya, izinkanlah saya mempertanyakan
beberapa hal di masa kepemimpinan Anda. Nantinya jika Anda telah membaca surat
ini, tolong jangan marah dan mengenang saya sebagai orang yang terang-terangan
menyepelekan pengabdian Anda untuk tanah Wajo tercinta. Namun, ingatlah saya
sebagai masyarakat biasa yang menunggu Wajo menjadi daerah yang makmur sentosa
sebagai tempat bermukim selamanya.
Baiklah
saya akan mulai bertanya, Pung. Jika
Anda jalan-jalan ke instansi penegak hukum, misalnya kantor polisi, kejaksaan
dan pengadilan di lingkup Wajo, apakah Anda betul-betul masuk sampai ke dalam?
Ataukah Anda hanya mengetuk pintu dan bahkan tak pernah melihat ruang tunggu?
Rupanya banyak hal yang harus dilihat di sana, Pung. Mulai dari berapa gaji para aparaturnya? Hingga, berapa aset
kekayaan yang dimiliki sejak rentang karirnya? Jika Anda menemukan perbandingan
dengan angka signifikan, bukankah hal tersebut makin menarik hati untuk
mempertanyakan janji politik Anda pada poin ketiga; Bagaimana zona integritas menuju kawasan bebas korupsi? Apabila
Anda tidak “menutup mata”, saya yakin Anda akan menemukan hal yang tidak
kasatmata.
Selanjutnya, sejauh mana Anda menempuh perjalanan menyusuri
tanah Wajo, Pung? Oh ya, perjalanan
yang saya maksud adalah sebetul-betulnya perjalanan, yaitu berjalan kaki tanpa
menggunakan kendaraan berplat “DW 1 B”. Saya tahu, sebagai putra Belawa Anda
pasti pernah merasa tersayat melihat akses jalan yang begitu mendekap sayap.
Namun di saat Anda telah memegang otoritas, sudahkah Anda benahi harapan
anak-anak dari wilayah terpencil agar merasa bahagia karena tidak berjalan kaki
lagi mengejar mimpinya di jalan yang rusak?
Aduh saya lupa, bukankah sangat muluk-muluk jika menginginkan
jalanan bagus di wilayah terpencil sementara akses utama jalan poros penghubung
antarkabupaten saja bisa ditanami pisang tengahnya? Lantas apa kabar janji
politik Anda pada poin 14? Sudahkah terealisasi 1000 (seribu) kilometer jalan
kondisi mantap? Apabila Anda kini lebih sering bepergian dengan kendaraan dinas
roda empat, saya yakin Anda pasti pernah merasa tidak nyaman dengan kondisi
jalan yang tak ditancapi lampu merah seperti di Kota Sengkang.
Masih ada lagi Pung,
kapan terakhir kali Anda ke pasar? Ke pasar dalam artian melakukan transaksi
jual-beli, bukan hanya sekadar memantau lokasi yang akan dijadikan pasar
dan/atau meresmikan pasar. Sepertinya Anda harus menyempatkan diri bersama
istri untuk berbelanja di pasar. Di sana Anda akan melihat betapa gigihnya
rakyat bertahan hidup dengan menjual aneka macam komoditi yang tak seberapa
untungnya.
Lalu coba Anda ingat kembali bagaimana dengan kondisi
pasar-pasar tempat para pedagang mengais nafkah, utamanya pasar yang akrab
disebut dengan Pasar Tempe. Bagaimana status pembangunan Pasar Tempe, Pung? Apakah telah selaras dengan janji
politik Anda di poin 18 yakni penataan pasar? Saya paham, hanya Anda yang bisa
menyahut kemelut yang tersulut dengan izin yang dicabut.
Terakhir, jika saya telah panjang lebar mempertanyakan pelbagai
persoalan yang menyangkut kepentingan umum, maka di akhir surat ini
perbolehkanlah saya menjadi egois dengan mempertanyakan kelanjutan nasib di
mata hukum. Puluhan tahun berlalu dan masyarakat masih tidak tahu kebenaran
yang berlaku.
Jasad terurai, tulang belulang pun berai tetapi para petinggi
masih abai. Kapan kebenaran di balik nasib malang yang menimpa saya akan
terkuak, Pung? Tolong bantu saya
mengungkap semua ini. Sebab, jika kebenaran memanglah sesuatu yang harus
disembunyikan maka untuk apa Anda menekankan akidah pada setiap perbuatan?
Jawabannya ada di hati Anda, Pung.
Sekian surat dari saya, Pung.
Mohon maaf apabila ada hal yang menyinggung perasaan, semata saya tuliskan demi
kebaikan bersama. Saya tunggu segala jawabanta’
melalui tindakan yang bermuara pada kebaikan dan keadilan.
Wassalam…
Salam Hormat,
Almarhumah Hasdawati
(Bendahara Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Wajo)
(Tulisan ini telah terbit di media WamaNews dengan judul yang sama ditulis oleh Andi Besse Sitti Fatimah)