Surat untuk Bupati Wajo

Iklan

Surat untuk Bupati Wajo

, Januari 23, 2023

Foto Almarhumah Hasdawati. Sumber: Google.
 

Kepada Yth.

Bupati Wajo

di

Sengkang, Kabupaten Wajo

 

Assalamu Alaikum Wr. Wb…


Tabe’ pung, bagaimana kabarta’? Saya harap Anda selalu sehat dan tetap mampu mengemban amanah yang begitu berat di pangkuanta’. Aamiin…


Sebelumnya saya mau mengucapkan selamat atas terpilihta’ menjadi Bupati Wajo periode 2019-2024. Setelah perjuangan panjang, dedikasi luar biasa untuk tanah Wajo, dan juga berbagai kekecewaan yang datang silih berganti, akhirnya Anda sampai pada apa yang telah Anda cita-citakan.


Oh iya, tidak terasa sudah puluhan tahun sejak pertemuan terakhir kita Pung. Meskipun Anda sepertinya melupakan saya, tapi demi Allah saya masih mengingat segalanya. Termasuk saat Anda memaparkan visi-misi pada sidang paripurna yang berlangsung di lantai 2 Gedung DPRD Kabupaten Wajo, Senin (18/2/2019).


Dari jauh saya turut bahagia melihat betapa Anda sangat yakin dengan kemampuan Pammase menciptakan pemerintahan yang amanah menuju Wajo maju dan sejahterah. Bersama dengan wakil Anda Amran, S.E., Anda menggaungkan janji politik demi melenggang menuju Pilkada.


Betapa indahnya 25 program kerja nyata untuk lima tahun kedepan yang Anda iming-imingkan, Pung. Saking percayanya saya kepada semua janji itu, saya bahkan menghafalnya di luar kepala.


  1. Paten (pelayanan administrasi terpadu kecamatan) dan layanan publik satu pintu yang transparan dan efisien;
  2. Percepatan  reformasi birokrasi dan E-Government (penggunaan teknologi informasi);
  3. Zona integritas menuju kawasan bebas korupsi;
  4. Memperkuat kelembagaan desa;
  5. Meningkatkan tunjangan kepala desa dan perangkat desa;
  6. Oto Dottoro (mobil, dokter dan peralatan lengkap satu paket yang ada di mobil Oto Dottoro);
  7. Merevitasi sarana kesehatan dan pendidikan;
  8. Menyediakan 6 (enam) dokter ahli di rumah sakit;
  9. Melanjutkan pendidikan dan kesehatan gratis;
  10. 5000 (lima ribu) beasiswa bagi siswa yang berprestasi dan kurang mampu;
  11. Meningkatkan insentif tunjangan pegawai syara;
  12. Gemantik (Gerakan Masjid Cantik);
  13. Rumah pintar setiap kecamatan;
  14. 1000 (seribu) kilometer jalan kondisi mantap;
  15. Sport area tersedia di setiap kecamatan;
  16. 10.000 (sepuluh ribu) wirausahawan baru;
  17. Satu kecamatan satu produk unggulan;
  18. Penataan pasar;
  19. Air layak minum;
  20. Pertanian terpadu;
  21. Jaminan harga (resi gudang);
  22. Peningkatan pendapatan per kapita 60 juta;
  23. Rumah sehat untuk warga kurang mampu;
  24. Kedaulatan pangan, jaringan irigasi yang baik, ketersedian pupuk dan lahan pertanian yang berkelanjutan;
  25. Bantuan modal usaha, teknologi dan pemasaran bagi koperasi, UMKM, Petani, peternak dan nelayan.

1

Bagaimana Pung? Apakah perlu kita bedah satu-persatu seluruh janji politik itu? Ataukah saya lagi-lagi diam dan pura-pura tidak tahu seperti yang lalu-lalu?


Saya percaya pada kepemimpinan Anda, mulai dari lapisan bawah hingga instansi yang menjaga muruah, semuanya Anda tata. Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan, optimalisasi pendidikan, serta pengembangan ekonomi kreatif menuju kesejahteraan masyarakat menjadi fokus yang Anda gagas. Bahkan, nilai agama pun tetap terjaga melalui program Gemantik. Aduhai kagumnya saya melihat masjid-masjid cantik yang bertebaran di tanah Wajo berkat Anda, Pung.


Tak hanya itu, melalui beberapa penghargaan yang diraih secara berturut-turut sejak kepemimpinan Anda, saya semakin merasa bangga dengan kinerja Anda. Sebagai orang nomor satu di Bumi Lamaddukelleng, Anda sungguh membuktikan kepatuhan terhadap pelbagai peraturan yang berlaku. Sebut saja penghargaan kota/kabupaten sehat empat tahun berturut-turut, penghargaan Ajang TOP Digital Awards, penghargaan penerapan sistem Merit, penghargaan Ajang SAKIB RB Awards, dan masih banyak lagi yang tidak saya tuliskan.


Akan tetapi, tanpa mengurangi rasa bangga saya, izinkanlah saya mempertanyakan beberapa hal di masa kepemimpinan Anda. Nantinya jika Anda telah membaca surat ini, tolong jangan marah dan mengenang saya sebagai orang yang terang-terangan menyepelekan pengabdian Anda untuk tanah Wajo tercinta. Namun, ingatlah saya sebagai masyarakat biasa yang menunggu Wajo menjadi daerah yang makmur sentosa sebagai tempat bermukim selamanya.


Baiklah saya akan mulai bertanya, Pung. Jika Anda jalan-jalan ke instansi penegak hukum, misalnya kantor polisi, kejaksaan dan pengadilan di lingkup Wajo, apakah Anda betul-betul masuk sampai ke dalam? Ataukah Anda hanya mengetuk pintu dan bahkan tak pernah melihat ruang tunggu? Rupanya banyak hal yang harus dilihat di sana, Pung. Mulai dari berapa gaji para aparaturnya? Hingga, berapa aset kekayaan yang dimiliki sejak rentang karirnya? Jika Anda menemukan perbandingan dengan angka signifikan, bukankah hal tersebut makin menarik hati untuk mempertanyakan janji politik Anda pada poin ketiga; Bagaimana zona integritas menuju kawasan bebas korupsi? Apabila Anda tidak “menutup mata”, saya yakin Anda akan menemukan hal yang tidak kasatmata.


Selanjutnya, sejauh mana Anda menempuh perjalanan menyusuri tanah Wajo, Pung? Oh ya, perjalanan yang saya maksud adalah sebetul-betulnya perjalanan, yaitu berjalan kaki tanpa menggunakan kendaraan berplat “DW 1 B”. Saya tahu, sebagai putra Belawa Anda pasti pernah merasa tersayat melihat akses jalan yang begitu mendekap sayap. Namun di saat Anda telah memegang otoritas, sudahkah Anda benahi harapan anak-anak dari wilayah terpencil agar merasa bahagia karena tidak berjalan kaki lagi mengejar mimpinya di jalan yang rusak?


Aduh saya lupa, bukankah sangat muluk-muluk jika menginginkan jalanan bagus di wilayah terpencil sementara akses utama jalan poros penghubung antarkabupaten saja bisa ditanami pisang tengahnya? Lantas apa kabar janji politik Anda pada poin 14? Sudahkah terealisasi 1000 (seribu) kilometer jalan kondisi mantap? Apabila Anda kini lebih sering bepergian dengan kendaraan dinas roda empat, saya yakin Anda pasti pernah merasa tidak nyaman dengan kondisi jalan yang tak ditancapi lampu merah seperti di Kota Sengkang.


Masih ada lagi Pung, kapan terakhir kali Anda ke pasar? Ke pasar dalam artian melakukan transaksi jual-beli, bukan hanya sekadar memantau lokasi yang akan dijadikan pasar dan/atau meresmikan pasar. Sepertinya Anda harus menyempatkan diri bersama istri untuk berbelanja di pasar. Di sana Anda akan melihat betapa gigihnya rakyat bertahan hidup dengan menjual aneka macam komoditi yang tak seberapa untungnya.


Lalu coba Anda ingat kembali bagaimana dengan kondisi pasar-pasar tempat para pedagang mengais nafkah, utamanya pasar yang akrab disebut dengan Pasar Tempe. Bagaimana status pembangunan Pasar Tempe, Pung? Apakah telah selaras dengan janji politik Anda di poin 18 yakni penataan pasar? Saya paham, hanya Anda yang bisa menyahut kemelut yang tersulut dengan izin yang dicabut.


Terakhir, jika saya telah panjang lebar mempertanyakan pelbagai persoalan yang menyangkut kepentingan umum, maka di akhir surat ini perbolehkanlah saya menjadi egois dengan mempertanyakan kelanjutan nasib di mata hukum. Puluhan tahun berlalu dan masyarakat masih tidak tahu kebenaran yang berlaku.


Jasad terurai, tulang belulang pun berai tetapi para petinggi masih abai. Kapan kebenaran di balik nasib malang yang menimpa saya akan terkuak, Pung? Tolong bantu saya mengungkap semua ini. Sebab, jika kebenaran memanglah sesuatu yang harus disembunyikan maka untuk apa Anda menekankan akidah pada setiap perbuatan? Jawabannya ada di hati Anda, Pung.


Sekian surat dari saya, Pung. Mohon maaf apabila ada hal yang menyinggung perasaan, semata saya tuliskan demi kebaikan bersama. Saya tunggu segala jawabanta’ melalui tindakan yang bermuara pada kebaikan dan keadilan.


Wassalam

 

Salam Hormat,

 

Almarhumah Hasdawati

(Bendahara Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Wajo)

 



(Tulisan ini telah terbit di media WamaNews dengan judul yang sama ditulis oleh Andi Besse Sitti Fatimah)

 

 

 

 

TerPopuler