Enggan Dilecehkan, Melecehkan Diri Sendiri Bangga (?)

Iklan

Enggan Dilecehkan, Melecehkan Diri Sendiri Bangga (?)

, April 12, 2022

Sumber Ilustrasi: Google

Oleh: 

Andi Besse Sitti Fatimah


Masih hangat terasa gejolak demo 11 April 2022 kemarin yang katanya untuk menegakkan konstitusi, menolak isu tiga periode Jokowi mencengkeram takhta Presiden Republik Indonesia dan aneka harga kebutuhan masyarakat yang menjulang tinggi memeras ekonomi.


Semarak warna-warni almamater tentu menjadi pemandangan menarik saat demo, apalagi ditambah dengan penampilan para demonstran gagah dan cantik yang berkoar-koar tampil menguji kemujuran terbidik kamera dan menjadi sampul pemberitaan media dimana-mana.


Laksana tradisi yang terwariskan, bakar ban yang dilakoni oleh si tampang garang, suara lantang dan nyali terpampang selalu menjadi sorot tajam. Padahal lupa tentang dampak asap tebal terhadap alam.


Di sisi lain, kamera masih senang mengincar para demonstran mahasiswi berpenampilan molek untuk 'dijual' visualnya atau bahkan diumbar tulisan spanduknya.


Spanduk bukan sembarang spanduk, benda ajaib yang konon katanya wadah untuk menumpahkan perasaan, mencurahkan kreativitas dan membangkitkan semangat itu, sebagian telah dipelintir menjadi kalimat yang kehilangan muruah.


Lalu beberapa demonstran perempuan justru terkesan bangga mengangkat spanduknya tinggi-tinggi, tersenyum manis menatap kamera dengan percaya diri. Tanpa sadar hal itu telah melecehkan dirinya sendiri. Seperti beberapa tulisan spanduk berikut ini:


"Mending 3 ronde di ranjang daripada 3 periode."


"Lebih baik bercinta 3 ronde daripada harus 3 periode."


"Daripada BBM naik, mending ayang yang naiki."


Sungguh penulis merasa miris membaca tulisan spanduk yang bisa dikata, tidak sepantasnya dipamerkan oleh kaum intelektual (katanya). 


Eiiikh... tunggu, pembaca jangan naik pitam dulu. Penulis paham jika kalian sangat cinta Indonesia dan ingin menyelamatkan rakyat dari kesengsaraan yang melanda.


Tetapi pertanyaannya, apakah hanya kalimat tak senonoh saja yang bisa ditulis? 


Penulis pikir, tidak. KBBI menyediakan pelbagai kata dengan makna positif yang bisa diramu dengan kedalaman akal dan keluasan ilmu kalian, wahai kaum terpelajar.


Lalu, apakah kalian tidak merasa hilang ke-diri-an saat potret diri bertebaran memamerkan spanduk bertuliskan kalimat cerminan diri? 


Kalau penulis sendiri berusaha memposisikan diri sebagai laki-laki maupun perempuan, dan sungguh terbersit rasa malu.


Pertanyaan terakhir, jika tetap dua periode dan ada orang iseng yang mengajak kalian bercinta tiga ronde, apakah kalian langsung oke? 


Penulis tebak, kalian pasti tidak akan mau. Untung baik, kalau kalian bisa menanggapi dengan bijak. Selebihnya pastilah kalian tuding hal tersebut adalah pelecehan berjejak.


Sadar atau tidak, pelbagai peraturan, lembaga dan sosok telah tercipta untuk melindungi martabat perempuan Indonesia karena sejatinya perempuan adalah tiang negara. 


Namun, akan menjadi lucu jika perempuan enggan dilecehkan tetapi melecehkan diri sendiri bangga.


Memanglah benar bahwa mencintai Indonesia adalah keharusan dan menegakkan keadilan adalah kepatutan. 


Akan tetapi bagi penulis, menunjukkan kecintaan dan menegakkan keadilan itu harus dengan cara-cara yang terdidik, bukan asal cara yang bisa menarik simpatik namun mengabaikan semantik.


Tabik! Mohon maaf jika penulis menorehkan kata-kata yang tidak berkenan. Percayalah ini bukan narasi satire, tetapi upaya untuk saling merangkul sesama perempuan dalam menghormati diri sendiri maupun orang lain.


Ayo menuju Three Ends!

Akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak;

Akhiri perdagangan manusia;

Akhiri kesenjangan ekonomi perempuan.


(Penulis merupakan jurnalis dan advokat muda di Kantor Hukum Farseim Law Office and Partners)

TerPopuler