UMKM dan Pemuda Adalah Obat Agar Perekonomian Nasional Tidak Loyo

Iklan

UMKM dan Pemuda Adalah Obat Agar Perekonomian Nasional Tidak Loyo

, Januari 15, 2023


 Oleh:

Muhammad Ardiansah


Sejarah panjang mencatat negara kita tercinta pernah mengalami tiga kali resesi selama bendera merah putih berkibar. Pertama, pada tahun 1963 dipicu oleh hiperinflasi yang disebabkan oleh keputusan international Soekarno keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga Indonesia dikucilkan dari dunia internasional karena sikapnya yang konfrontatif dan mengakibatkan situasi politik dan ekonomi tidak stabil. Inflasi hingga 119% pada 1963 dan ekonomi pun menjerit. Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun tersebut mengalami dilema hingga 2,24%. Pengeluaran rumah tangga terkontraksi 3,95%, ekspor-impor terkontraksi hingga 26,58%. Sementara 23,69% terjadi pada bidang investasi.


Kemudian Indonesia berjuang untuk kembali bangkit, namun pada tahun 1998 resesi keuangan kembali terjadi yang dipicu oleh krisis keuangan Asia. Bermula dari Thailand yang mengacaukan nilai tukar mata uang akibat tidak tepat dalam pengambilan sebuah kebijakan. Kebijakan tersebut banyak membuat korporasi gagal dalam mengelola keuangan bisnisnya karena nilai mata uang yang loyo. Krisis pun menjalar ke negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibatnya Indonesia harus membayar mahal atas terjadinya peristiwa 1998 meliputi runtuhnya pemerintahan hingga krisis sosial dan politik yang mengakibatkan kerusuhan massal.


        Periode selanjutnya terjadi antara 2020-2021, krisis bermula karena pandemi Covid-19 dari China. Salah satu virus yang memiliki penyebaran yang sangat cepat di seluruh dunia, sehingga organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global pada tanggal 13 Maret 2020. Ekonomi Indonesia pun langsung terjun bebas pada kontraksi sebesar 5,32%, dan kembali bangkit di tahun 2021 dengan pertumbuhan mencapai angka 7,07%. Jelasnya, berdasarkan Survei Badan Program Pembangunan PBB (United Nation Development Program/UNDP) memaparkan bahwasanya akibat pandemi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia harus berhenti beroperasi berkisar 24%. Responden yang berkisar 35,2% harus menutup bisnis karena persoalan modal, dan 30,2% melakukan penutupan bisnis karena penjualan dan omset yang menurun secara drastis.


        Berdasarkan dengan pisau analisis penulis, pengembangan UMKM sangatlah penting terutama dalam melebarkan market, banyak sekali produk lokal dan komoditi yang memiliki nilai jual nasional hingga internasional, namun terkendala pada perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, sehingga perputaran dan pertumbuhan ekonomi pun menjadi tidak maksimal. Hal tersebut pun masih relevan dengan tujuan dari pemberdayaan UMKM, yakni mewujudkan struktur ekonomi nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan, kemudian menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi sistem yang tangguh dan mandiri, dan memaksimalkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, meliputi penciptaan lapangan pekerjaan, menyerap tenaga kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan mengeluarkan masyarakat dari lingkaran kemiskinan.


        Dalam perspektif budaya pun sangat relevan dengan pengembangan UMKM suatu daerah tertentu, di mana dalam hal ini budaya bisa menjadi faktor pembangkit atau pendorong, namun juga bisa menjadi faktor penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pengembangan UMKM diantaranya sikap kerja keras dan cerdas, jujur, ulet, dan bertanggung jawab, ada pun skill yang harus selalu diasah adalah kepemimpinan, komunikasi, kreatifitas dan inovasi. Adapun, budaya yang dapat menghambat proses pembangunan di antaranya sikap egois, boros, KKN dan sebagainya. Dalam masyarakat Bugis-Makassar pun sudah memahami konsep tersebut dalam kearifan lokal di mana ada sebuah pepatah yang mengatakan “Resopa temmanginggi namalomo naletei pammase dewata’e” yang artinya “Hanya dengan kerja keras dan ketekunan tanpa kebosananlah akan menjadi jalan limpahan rahmat tuhan”.


        Menurut UUD 1945 pasal 33 ayat 4, UMKM merupakan bagian dari perekonomian nasional yang berwawasan kemandirian dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. UMKM memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Menurut Tulus Tambunan dalam bukunya yang berjudul Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, ada beberapa alasan sehingga UMKM sangat penting bagi perekonomian nasional. Pertama, jumlah UMKM yang sangat banyak dan tersebar di perkotaan maupun di pedesaan bahkan hingga pelosok terpencil. Kedua, UMKM tergolong sangat padat karya, mempunyai potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang besar dan peningkatan pendapatan, dan membantu dalam menampung banyak pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta dalam krisis ekonomi, di mana UMKM mampu bertahan seperti yang terjadi pada tahun 1997/1998.


        Sebagai generasi Milenial dan Z, tentunya menjadi pengusaha adalah sebuah langkah awal untuk membangun sebuah peradaban yang lebih maju, di mana para sarjana tidak hanya fokus untuk mencari pekerjaan setelah lulus dari medang perkuliahan, akan tetapi dengan mindset yang lebih maju sebagai generasi yang berlomba-lomba untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Tidak hanya di perkotaan, tapi di pedesaan pun sudah bisa dimodernisasi dengan penggunaan teknologi dan infromasi secara positif untuk membangun kemandirian pemuda di segala sektor. Pemuda hari ini, bukan lagi sibuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Sudah waktunya untuk saling bergandengan tangan tanpa melihat sebuah perbedaan dan tempat berproses karena tugas dan tanggung jawab setelah kemerdekaan adalah persatuan yang bernapaskan keadilan sosial.


        Dengan semangat perjuangan yang diwariskan oleh para leluhur, sudah sangat terang bahwasanya kita semua adalah bangsa pejuang yang bertanah air satu. Dengan semangat kerjasama dan gotong royong maka sebagai seorang pemuda tentunya terlahir dengan semangat optimisme dalam membangun sebuah pondasi pemikiran yang kokoh untuk memajukan lingkungan sekitarnya. Bahkan semua pemuda yang tersebar di berbagai bidang dan elemen masyarakat tentunya akan selalu menjadi bagian dari sebuah solusi, sehingga pemuda hari ini bisa di analogikan sebagai UMKM itu sendiri yang berdagang intelektual secara cuma-cuma demi terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, dan dapat disimpulkan bahwa, semakin banyak jumlah UMKM semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, dan semakin tinggi omzet UMKM semakin maju pembangunan suatu daerah.


(Penulis merupakan Founder of Nusantara Maju.id)

TerPopuler